KOMPAS.com - Suryani Widodo (36) sempat merasakan sulitnya mencari pakaian berukuran besar. "Dulu saya selalu ke penjahit saking capeknya cari di mal enggak dapat baju," ujar Suryani.
Berbekal pengalaman tersebut, Suryani memulai usaha pakaian berukuran besar, Big Size Fashion Store, sebuah toko online, sekitar lima tahun lalu. Kebetulan, salah seorang kerabat Suryani pemilik konfeksi pakaian jadi. Baju-baju berukuran besar tidak laku dijual oleh konfeksi yang hanya mengandalkan jaringan toko-toko pakaian itu.
"Padahal, mereka yang berukuran besar, seperti yang saya pernah alami, enggan mencari baju di toko. Pesimis duluan dan berpikir ukuran mereka tidak bakal ada," ujar Suryani di apartemennya di bilangan Kelapa Gading, markas toko online itu.
Tumpukan kemeja, kaus, gamis, ikat pinggang, sepatu, dan pakaian dalam berukuran superbesar memenuhi salah satu ruangan.
Suryani lalu menjual baju-baju ukuran besar konfeksi yang tidak laku tersebut secara online. Toko online itu dimulai dengan modal Rp 1 juta. Suryani membeli putus pakaian dalam jumlah terbatas. "Waktu itu nekat saja. Kalau nanti tidak laku, ya saya pakai sendiri saja deh. Ukuran baju yang dijual tidak jauh dari ukuran saya, 2L (XL) atau 3L," ujarnya.
Ternyata pelanggan terus bertambah. Dari modal awal hanya Rp 1 juta, omzet usaha itu berkembang mencapai Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per hari. Ada sekitar 4.000 nama pelanggan terdaftar dari Indonesia ataupun luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Australia. Ukuran baju yang dipesan pun membesar.
"Pernah ada yang mencari pakaian untuk berat tubuh 200 kg. Kami belum menyanggupinya," ujar Suryani.
Di laman toko online-nya, Suryani menawarkan baju perempuan dan laki-laki beragam model, mulai dari ukuran XL hingga 8L. Kemeja ukuran 8L dengan lingkar dada mencapai 1,5 meter tentu saja sulit didapat di toko pakaian. Untuk celana tersedia hingga ukuran 12L. Saat ini, kebanyakan pelanggan mencari pakaian ukuran 4L dan 5L. Selain pakaian, Suryani juga menyediakan sepatu berukuran mulai dari 40-45, ikat pinggang, hingga pakaian dalam perempuan ukuran 46.
Pengalaman senada dikisahkan Suzanne Subijanto (40). "Saat berbelanja pakaian dan pramuniaga bilang 'Maaf, enggak ada ukurannya', rasanya seperti ditolak. Sakit hati banget," ujar Suzanne di gerai My Size miliknya di sebuah mal. Kalaupun tersedia baju ukuran besar, biasanya baju impor dari merek ternama dengan harga melangit dan modelnya tak memuaskan hati Suzanne.
Suzanne bersama adiknya, Francisca Subijanto (37), lantas memulai usaha dengan membuka gerai pertama di pusat perbelanjaan. Hampir semua koleksi mereka desain sendiri.
Sebagian kecil pakaian diimpor dari luar negeri karena susah mencari konfeksi yang bersedia menjahitkan pakaian ukuran terlalu besar. "Keluhannya, harus ada meja khusus karena bentangan kain yang besar. Waktu pengerjaan pakaian juga lebih lama," kata Francisca.
Di gerai My Size, mereka menyediakan pakaian perempuan dan laki-laki ukuran XL hingga 8L, aksesori, sepatu, dan pakaian dalam. Usaha tersebut terus berkembang. Kini, Suzanne dan Francisca memiliki 15 gerai My Size yang tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Palembang, Makassar, dan Manado.
Pilihan gaya
Model pakaian yang disediakan memenuhi kenyamanan pemilik tubuh besar. Utamanya, menciptakan siluet tubuh lebih langsing dan bahan yang mendinginkan tubuh. Tren pun diadopsi dengan beberapa modifikasi.
"Lengan balon, potongan yang melebar di bawah, dan motif-motif besar dihindari. Sebaliknya, bentuk leher V dan motif kecil disenangi. Warna tidak harus selalu gelap, lho. Warna-warna ceria cantik juga," ujar Suzanne yang lulusan University of Washington jurusan Economic Geography ini.
Suryani lebih menekankan pada kenyamanan bahan. "Tubuh besar cenderung berkeringat. Mereka ingin bahan yang mendinginkan tubuh dan menyerap keringat, seperti katun," ujar Suryani.
Para pelanggannya yang berukuran besar juga tertarik mengikuti mode. Waktu sedang tren legging garis-garis hitam putih, produk Suzanne laris. "Satu lusin habis dalam sehari. Asal pandai memadupadankan busana, tampilan bisa keren," ujarnya.
Tak hanya toko busana harian dalam ukuran besar yang tersedia. Baju yang dipakai pada satu hari spesial, seperti baju pengantin pun, mulai dilirik. Ririe Bogar yang juga pendiri Xtra-L Community tengah merintis butik baju pengantin ukuran besar.
"Baju-baju pengantin masih proses produksi. Menurut rencana, Oktober ini pergelaran busana," ujarnya. Dia mengatakan, busana pengantin ukuran besar itu akan diperagakan oleh para model berukuran besar dan melibatkan desainer anggota komunitas Xtra-L.
Sebagai perempuan bertubuh besar, Ririe kesulitan mendapatkan busana pengantin saat menikah. "Tidak sembarang penjahit mampu. Kalaupun sanggup, biasanya mahal dengan alasan pemakaian bahan, bordiran, dan payet lebih banyak," katanya.
Agar terlihat lebih kurus, pemilik tubuh besar yang akan menikah biasanya berdiet habis-habisan. "Bukannya tampil cantik, mereka malah merana dan tak segar pada hari berbahagia itu. Terpenting itu sehat dan cantik pada hari pernikahan," kata Ririe.
Tak jarang, para pemilik toko pakaian ukuran besar ini menerima curahan hati pelanggannya saat memesan pakaian. Sebagian dari pelanggan mereka, misalnya, berkisah telah berusaha keras menurunkan berat badan, tetapi tak kunjung berhasil. Ada pula yang mengalami kenaikan berat badan setelah melahirkan, dan sulit kembali ke ukuran semula atau sejak lama memang mengalami kegemukan.
"Ada yang curhat, sedih membeli baju ukuran yang sama terus," ujar Suryani.
Namun, mengalir pula ungkapan terima kasih. Suryani mengatakan, seperti dirinya dulu, banyak pemilik tubuh besar mengandalkan penjahit. Bahkan, untuk urusan pakaian dalam. Padahal, penjahit tak selamanya murah, harus menunggu, dan tak semua jenis pakaian dapat diserahkan kepada penjahit.
"Ada pelanggan saya yang sebelumnya tak pernah pakai kaus karena penjahit umumnya tidak menerima jahitan kaus," ujarnya
Suzanne dan Francisca pun bahagia begitu ada pelanggannya yang laporan senang bisa tampil cantik. "Mereka bilang, dulu selalu pakai baju laki-laki. Sekarang bisa lebih feminin," ujar Suzanne lalu tersenyum.
Nah, setiap orang bisa tampil gaya sesuai ukurannya.
(Indira Permanasari)
Sumber :
Editor :
Felicitas Harmandini